Sabtu, 02 Januari 2010

GameStar!! (1)

Waktu itu guruku, Bu Nuri dan Pak Husni mengumumkan tentang Gamestar. Gamestar itu adalah program outbond yang diselenggarakan oleh sebuah event organizer yang bekerjasama dengan sekolahku. Sayang, aku nggak ikut Gamestar tahun lalu.. hiks..

Tahun ini harga untuk ikut Gamestar mahal banget, Rp450.000,-! Sebagian temanku, termasuk aku mengeluh, "Yah, aku jadi nggak bisa ikut Gamestar deh.. mahal!!"

Kami semua mendapat formulir Gamestar, tapi akhirnya formulir-formulir itu terlupakan karena sebagian kami tidak bisa ikut. Belum lagi sebentar lagi UAS, kami harus belajar dulu!

Alhamdulillah, hasil UAS-ku bagus! Dan begitu pula rapotku.. Nah, saat Bunda pulang dari sekolah setelah mengambil rapot, Bunda menawariku sesuatu, "Kamu mau ikut Gamestar nggak Ra?"

Wuih, aku langsung mengangguk-angguk dengan semangat. Tapii.. bukannya aku nggak bisa ikut?

"Yaaah, mumpung Bunda punya uang.. Jadi kamu mau ikut atau nggak?" Bundaku menawarkan. Tentu saja aku mau!!

"Formulir Gamestarnya di mana, ya?" aku mulai berusaha bangkit dari tempat dudukku untuk mencari. Eeeh, tapi ternyata Bunda sudah bawa formulir dari sekolah. :)

Waktu itu hari Rabu, sementara Gamestar akan diadakan pada hari Sabtu. Esoknya Ayah memberiku uang dan aku langsung menelepon Pak Husni, guru kelas sekaligus panitia Gamestar untuk SD, untuk bertanya bagaimana cara untuk memberikan formulir dan uangnya, soalnya kan sekarang hari libur!

Akhirnya Pak Husni bilang aku bisa menyerahkan formulir Gamestar pada hari Sabtu, 26 Desember 2009, pas kami semua mau berangkat! Fiuuh, aku langsung lega dan menutup telepon. Tapi lalu aku baru ingat kalo aku nggak tahu apa saja yang harus dibawa! Akhirnya aku menelepon Pak Husni lagi, hehe.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba! Aku berangkat ke sekolah pukul 6 kurang 15 menit, dan aku kaget saat melihat bahwa sudah ada beberapa temanku yang datang! Padahal kukira aku yang paling pagi.. yaah, tapi nggak apa-apalah!

Saat sekolah sudah ramai, sekitar pukul 6 lebih 15 menit, aku akhirnya memberikan uang serta formulirku pada Bu Arum karena Pak Husni tak kunjung datang. Fiuuh, lepas juga beban yang memberatiku dari tadi!

Setelah semua orang ada, kami naik ke truk tentara! Asyik... sudah lama aku ingin naik truk tentara..
Aku ngotot mau duduk paling belakang. Dan akhirnya truk berangkat, asyik!

Di perjalanan rasanya panas dan bosan, jadi aku dan Amel mulai bernyanyi-nyanyi sendiri. Hehe, mulai dari lagu d'Masiv sampai lagunya serial TV Korea lama berjudul Jewel in the Palace. Aku bener-bener yakin kami bernyanyi begitu lama sampai orang di sekitar kami muak mendengarnya, hihihi. Tapi Pak Arif kelihatannya menyukai lagu serial TV Korea itu..

Pak Arif adalah mantan guru musik di sekolahku, tapi menyempatkan diri untuk ikut Gamestar. Horee..!! Ada juga Pak Agus. Pak Agus juga mantan guru olahraga Al Fikri. Sayang sekali salah satu guru favoritku, yang juga sudah pindah dari sekolahku yaitu Pak Sulung, tidak bisa ikut.. hiks..

Saat kami sudah mendekati lokasi Gamestar yaitu di D'Jungle, medan berubah jadi agak menyeramkan. Ada beberapa tanjakan yang curam, dan truk itu berhenti beberapa kali. Supirnya kelihatan agak was-was, tapi yang didalam truk tetap bersemangat!

Truk kami menanjak beberapa kali dan melewati sungai sekali. Udara jadi segar, seakan ini masih lebih pagi dibanding saat kami berangkat. Rasanya semangatku yang tadi sempat turun jadi naik lagi!

Kami sampai pukul 9 lewat. Saat sampai, anak-anak masih harus mendaki tanjakan yang lebih curam. Aku dengan semangat maju paling depan, dan tiba di lokasi dengan nafas terengah-engah. Di sana aku bertemu Rafi, temanku yang rupanya sudah sampai duluan karena memakai mobil orangtuanya.

Tempat itu hijau, dingin, agak berkabut. Aku langsung lari ke tempat yang sudah disediakan untuk duduk sambil menunggu teman-temanku. Dan, selama beberapa menit, kami semua dihadapkan pada perkenalan dengan kakak-kakak di sana, pembuka, pembagian kaos biru Gamestar, dan akhirnya ice breaking.

Kami bermain game sederhana. Semuanya membuat lingkaran di lapangan rumput yang luas dan hijau, lalu bermain.

Tangan kanan satu anak menengadah di depan teman yang ada di kanannya pada hitungan 1, tangan kiri anak itu menyentuh bagian atas tangan temannya yang menengadah pada hitungan 2, dan pada hitungan 3 tangan yang menengadah harus mengatup untuk menangkap tangan temannya sementara ia juga harus menghindarkan tangan kirinya dari sergapan teman!

Kami bermain 2 kali, dan anak-anak yang kalah harus membuat lingkaran yang lebih kecil di tengah lingkaran besar. Mereka lalu mendapatkan 'hadiah' (hukuman menjadi indah). Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan, karena aku tidak ikut dapat hadiah.
Saat itu aku melihat kabut tebal yang mulai menelan ujung-ujung bukit di sekitar kami, mirip sekali dengan awan yang turun ke bawah untuk menyergap anak-anak di sini!

Tiba-tiba hujan turun, jadi kami berpindah tempat ke bawah sebuah tenda besar. Di sana pemberian hadiah dilanjutkan, setelah itu semuanya kembali membuat lingkaran besar. Kelompok tidur dibagi. Aku masuk kelompok Bu Arum. Kami semua menaruh tas di tenda biru yang sudah disediakan, dan kembali ke tempat kami tadi.

Sekarang semuanya bermain game lagi. Kembali membuat lingkaran besar, lalu ada satu orang di tengah. Selama itu kami bernyanyi,

"Kupikir-pikir, 1.. 2.. 3.. Kupikir-pikir, 1.. 2.. 3.. Kupikir-pikir, 1.. 2.. 3.. ikuti saya.."

Orang yang di tengah memberi contoh gerakan, dan kami semua mengikuti gerakannya. Lalu nyanyian dilanjutkan,

"Saya pilih kamu!"

Orang yang di tengah menunjuk 1 orang yang ada di lingkaran, lalu orang yang di tengah itu bertukar tempat dengan orang yang ditunjuknya.

Wah, aku terpilih! Akhirnya aku memakai gerakan menarik-narik telinga dan menunjuk Febi untuk menggantikan tempatku. Permainan ini berlangsung beberapa menit, dan kelompok bermain dibagi. Caranya lucu, mula-mula kami semua dibisiki oleh guru untuk menjadi binatang apa, lalu kami harus bersuara serta mengikuti gerakan binatang itu sambil mencari teman yang binatangnya sama. Kami tidak dibolehkan menyebut nama binatang kami.

Aku jadi kambing! Aku mulai bersuara "mbeek, mbeek" sambil mencari anggota kelompokkku. Pendamping masing-masing kelompok juga ikut bersuara seperti binatang, dan pendamping kelompokku adalah Pak Idris.

Di kelompokku ada 9 orang termasuk aku, mulai dari Kak Iqbal, Kak Afya, Lia, Daffa, Rafi, Sabrina (adik kelas 5), dan 3 orang adik kelas lainnya yang aku lupa namanya.

Mulanya kami membentuk lingkaran kecil dengan masing-masing kelompok.
Pak Idris berkata kami harus memilih nama kelompok berdasarkan nama seorang tokoh film kartun. Serempak, beberapa orang kelompokku termasuk aku berkata "Spongebob!"
Jadilah nama kelompokku Spongebob!

Dan saat Pak Idris bertanya siapa ketua kelompok, kami kembali serempak memilih Kak Iqbal jadi ketua. Hehe, kelompok Spongebob memang kompak!

Hujan gerimis masih turun, dan kabut tebal yang tadinya ada di atas bukit menerpa kami. Tapi itu tak menghentikan kami untuk berangkat menuju permainan!

Gawat, jas hujanku hilang! Mungkin jatuh di mobil pengangkut tas-tas kami.. Yaah, bagaimana lagi..

Untunglah, Pak Agus sudah memprediksi hal seperti ini akan terjadi. Jadi para guru-guru sudah menyiapkan jas hujan sederhana dari kantung plastik. Aku mendapat jas hujan warna merah, dan kelompok Spongebob siap berangkat!

Tantangan pertama kelompok Spongebob adalah Pumper Pole. Di sana ada sebuah pohon tinggi yang dipasangi tangga kayu serta pijakan dari kayu yang ada di bagian atas pohon. Dan, ada bola yang dimasukkan dalam kantung plastik hitam digantung di depan pijakan. Kelihatannya jauh sekali dari pohon. Kami juga tidak melihat pengaman.

Pak Idris mulai menjelaskan, "Kalian harus naik pohon dan memukul bola di atas itu.."

Anggota Spongebob saling berpandangan, "Lho, Pak, kan bolanya jauh?"

"Ya kalian harus lompat.." jawab Pak Idris santai.

"Lho, Pak, kalo lompat nanti jatuh dong?"

"Ya nggak apa-apa.. memangnya kalian ada masalah apa dengan jatuh?"

"Kalo jatuh, nanti mati?"

"Kan kalian bisa ditangkap.."

Hihihi, aku geli mengingat betapa bodohnya aku waktu itu. Masa kami dibiarkan mati??! Akhirnya kami tersenyum geli saat melihat pengaman yang baru saja disiapkan. Fiuuh..

Aku adalah anak perempuan kedua yang mencoba Pumper Pole setelah Sabrina. Naik tangga jadi lebih sulit karena anak yang telah mencoba sebelumnya tanpa sengaja mematahkan salah satu pijakan tangganya.

Ternyata, ketakutanku terlalu berlebihan. Di atas, bola dalam kantung plastik itu jadi kelihatan lebih dekat dan rasa takutku hilang. Jadi aku langsung melompat setelah mendengar aba-aba. Kena, dan aku jatuh ke bawah dengan pelan-pelan dan mulus.

Sekarang, tinggal menyemangati anak-anak yang belum maju!!

Semua anggota Spongebob menyelesaikan Pumper Pole dengan baik. Tidak ada yang terlalu lama di atas atau yang tidak berhasil memukul bola. Sebagian mengeluh karena lupa memandang pemandangan dulu saat ada di atas. Aduuh, padahal aku yakin pemandangannya indah sekali!

Kami pergi ke tantangan berikutnya setelah orang terakhir berhasil menyelesaikan Pumper Pole, yaitu Mouse Trap.

Di tantangan Mouse Trap, di sana ada bambu-bambu yang disusun seperti rintangan. Di salah satu ujung dari rangkaian bambu ada sebuah tiang bambu yang terhubung dengan ember berisi air. Sebuah perangkap tikus dipasang di tiang bambu itu. Jadi kalau rintangan bambu tersentuh, perangkap tikus akan menutup dan ember akan tumpah..

1 pemain dan 1 korban. Korban akan duduk dibawah ember, sementara pemain akan ditutup matanya. Korban harus memberi aba-aba pada pemain agar tidak menyentuh bambu. Wah, seru!

Hihihi, pasangan sebelum aku adalah Daffa sebagai korban dan Kak Afya sebagai pemain. Daffa sudah duduk di bawah ember, siap-siap memberi aba-aba. Om Tarso sedang membetulkan posisi bambu, dan tiba-tiba.. byur! Daffa tersiram!

Spontan kami semua tertawa. Daffa hanya menggerutu lalu duduk lagi. Eh, tahunya Om Tarso membetulkan posisi bambu lagi dan air tumpah lagi! Sepertinya Om Tarso ada dendam sama Daffa, hihihi..

Tapi akhirnya permainan mulai dan kali ini Daffa.. kena guyuran air lagi!!

Sekarang giliran Kak Afya yang jadi korban dan Daffa yang bermain. Daffa sudah sampai di ujung tanpa menyentuh bambu, tapi... ternyata Kak Afya iseng. Daffa kebetulan ada di bawah ember sementara Kak Afya sudah lari, lalu Kak Afya memicu perangkap tikus hingga Daffa tersiram lagi! Ya ampun..

Setelah kemalangan dobelnya Daffa, tibalah giliranku. Aku langsung merayap dengan cepat dan tiba-tiba sudah sampai di ujung, sehingga Lia selamat dari guyuran air. Kata anggota kelompokku yang lain, aku yang paling cepat. Asyik!

Aku 2 kali jadi korban karena jumlah anggota kelompok kami ganjil. Tapi tetap saja aku tidak terguyur, padahal aku berharap aku akan basah. Huh.. Yah, tapi nggak apa-apalah!

Flying Fox adalah tantangan berikutnya. Aku adalah anak pertama yang mencoba, dan dengan ceria aku mengepak-ngepakkan tanganku untuk pura-pura jadi burung! Pemandangan di bawah adalah lahan hijau yang luas, dan rasanya aku memang jadi burung hutan.. senang rasanya!

Sepertinya kelompok kami memang punya bakat dengan permainan yang berhubungan dengan ketinggian. Tak ada yang takut, dan hampir semuanya termasuk aku mengeluh kalau Flying Fox-nya kurang tinggi dan panjang. Yah, tapi tetap saja aku ingin naik Flying Fox lagi!

Setelah semuanya naik Flying Fox, kelompok kami beralih ke permainan keseimbangan. Semua berbaris dan berusaha menyusuri 3 batang bambu sampai ke ujung satunya. Aduuh, hujan membuat tantangan ini semakin sulit! Batang bambunya menjadi semakin licin, dan hanya 1 adik kelas yang berhasil pada kesempatan pertama. Wah, aku kagum padanya!

Mulanya aku memakai cara berjalan menyamping. Tapi setelah beberapa kali coba dan tidak berhasil, aku coba berjalan lurus. Akhirnya aku bisa jadi orang keempat yang berhasil!

Rafi, temanku, mulai frustasi karena tidak kunjung berhasil. Jadi dia mulai berseru-seru sambil bercanda saat berjalan di atas bambu, "Aku marah!"

Eh, tahunya dia malah berhasil! Yah, masa marah dulu baru berhasil.. hahaha..

Meskipun beberapa orang belum berhasil, tapi kelompokku kehabisan waktu dan kami berlanjut ke tantangan berikutnya yaitu permainan keseimbangan lagi. Tapi kali ini lebih sulit, karena ada 4 bambu yang dipasang seperti huruf V. 2 bambu dipasang berupa garis di kanan, 2 bambu dipasang berupa garis di kiri.

Kami akan berpasangan menyusuri bambu itu, tangan kami tidak boleh berpisah. Diperbolehkan memakai alat apa saja..

Aku berpasangan dengan Lia. Mulanya kami memakai name tag untuk tetap bersama, tapi name tag-ku tidak cukup panjang. Kedua, kami memakai jas hujan Lia tapi jas hujan itu juga tidak cukup panjang. Kami juga mengikatkan name tag kami, dan itu juga tidak cukup! Jadi bingung..

Untunglah aku sadar kalau jaket sebenarnya bisa digunakan, tapi kami harus memegangnya di sudut yang tepat. Yap, kami maju lagi!!

Sayangnya sekarang bukan panjang alat yang jadi masalah, melainkan masalah keseimbangan! Ya ampunn... Kami mencoba beberapa kali, tapi gagal terus menerus. Pak Idris akhirnya berkata pada beberapa pasangan yang belum berhasil, termasuk kami, "Ya sudah, kalo sudah melewati bambu pertama juga bisa dianggap berhasil.."

Fiuuh... semua pasangan yang belum berhasil menarik nafas lega. Akhirnya, saat aku dan Lia maju lagi kami berhasil melewati bambu pertama. Sebenarnya kami masih bisa jalan terus, tapi sayangnya Lia langsung meloncat turun.

"Yaah, padahal kan kita masih bisa jalan terus," keluhku pada Lia.
"Tapi kan yang penting udah melewati bambu pertama," jawab Pak Idris.
"Lebih seru kalo bisa berhasil, Pak.."
"Ya sih, memang lebih bagus begitu.."

Setelah aku dan Lia berhasil, akhirnya Spongebob maju ke tantangan berikutnya. Wah, ternyata Spongebob lebih berbakat di tantangan ketinggian tapi agak payah di tantangan keseimbangan.. Yah, semuanya kan punya kelebihan dan kekurangan!

Kami semua meninggalkan tempat itu dan pergi ke lapangan di sebelahnya. Di sana ada sebuah ember, gayung, galon, beberapa botol aqua bekas dan 2 buah bola.

"Tugas kalian cuma mengeluarkan 2 bola ini dari galon. Galonnya bisa dibalik, tapi itu namanya curang," jelas Pak Idris seraya memasukkan 2 bola itu ke dalam galon.
"Bagaimana caranya terserah kalian."

"Diisi air, Pak!" aku menebak. Pak Idris mengangguk.

"3.. 2.. 1.. Mulai!"

Anggota Spongebob lain langsung berlari menuju keran air sambil membawa peralatan yang ada. Aku sendiri ikut berlari.

Pipa keran itu bocor dan airnya sangat dingin. Selain menggunakan keran, kami juga berusaha memanfaatkan pipa bocor. Tapi usaha kami menggunakan pipa bocor tidak berhasil karena air yang memancar dari pipa itu mengarah ke atas, akibatnya air yang kami kumpulkan tumpah lagi ke bawah.

Setelah air di wadah yang kami bawa penuh, kami berlari ke tempat galon itu dan mulai mengisinya dengan air secepat mungkin.

Aku yang dari awal sudah curiga pada galon itu langsung berjongkok dan melihat dari dekat. Benar, galonnya berlubang! Lubangnya kecil-kecil, banyak sekali. Aku yakin jari seluruh anggota kelompok Spongebob takkan cukup untuk menutupi semuanya.

"Hei, galonnya bocor!!" aku berseru pada anggota Spongebob lain yang sudah berlari setengah jalan ke keran air. Setengah anggota kelompok kembali dan membantuku menutupi lubang yang memancarkan air itu.

Saat anggota kelompok yang mengambil air kembali dan mulai mengisi galon lagi, air semakin naik dan bocor di bagian atas galon yang juga berlubang. Akhirnya semua anggota berjongkok sambil menutupi lubang.

"Lho, kalo begini siapa yang mengambil air??" tanya seseorang tiba-tiba. Hihihi, ada-ada saja! Sebagian orang langsung berlari lagi untuk mengambil air, sementara adik-adik kelasku mulai menutupi lubang-lubang yang ditinggalkan itu dengan rumput.

"Nggak akan bisa," kataku. Tapi tak apa-apalah, setidaknya air yang keluar sedikit berkurang..

Selama beberapa menit kami cukup sibuk mengisi dan menutupi lubang hingga baju kami basah kuyup, tapi saat aku berhenti sejenak untuk melihat kemajuan ketinggian air, aku sadar kalau air itu kelihatannya tidak bertambah tinggi sama sekali!

"Kok airnya nggak tambah tinggi sih?" keluhku. Aduuuh, ternyata lubang di galon yang belum tertutup masih banyak!

Setelah itu kami melakukan berbagai cara untuk meningkatkan ketinggian air.
Menutup lubang dengan kayu dan rumput, berusaha mengurangi kecepatan air memancar dengan menutup mulut galon agar tidak ada udara yang masuk menggantikan air, mengisi galon dengan batu dan kayu agar air yang dibutuhkan semakin sedikit, sampai menutupi semua lubang dengan jas hujan. Tapi tidak ada yang berhasil!

Lama-kelamaan aku bosan menutup lubang di galon dan berganti 'profesi' menjadi pembawa air. Ternyata membawa air lebih menyenangkan! Aku berlari ke sana ke mari membawa ember, seru!

Rasanya kelompok kami sudah ada bermenit-menit melakukan tugas ini, tapi sepandai-pandai Spongebob menyerap air, bolanya tetap di dalam botol.. hehe.

Akhirnya kelompok lain datang dan membantu kelompok kami. Fiuuh, syukurlah.. soalnya rasanya punggungku sudah encok gara-gara terlalu lama bawa ember! Begitu juga pembawa ember 'senior' lainnya, sehingga para pembawa ember terkapar di pinggir lapangan..

Biar 2 kelompok sudah bekerjasama, tugas itu masih juga tidak selesai! Ya ampun..

Hingga akhirnya, Pak Idris memanggil Spongebob. Kami memang sudah cukup lama ada di luar dalam keadaan basah dan kedinginan, dan Pak Idris takut kami sakit. Jadi akhirnya semua disuruh kembali ke perkemahan untuk mandi dan bersih-bersih.. berakhirlah perjuangan Spongebob! (bersambung ke bagian kedua...)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda